Muhammad Ardhi Ryan Saputra : Cahaya Pembasmi Hama
Perancangan Piranti Perangkap Serangga (Hama) dengan
Intensitas Cahaya
1 PENDAHULUAN
1.1
Serangga dan Reaksinya Terhadap Cahaya
Serangga
adalah kelompok utama hama. Menurut pakar perlindungan tanaman, Purnama Hidayat
[4], paling tidak ada lima alasan yang dapat
mendukung pernyataan tersebut. Pertama: serangga
merupakan kelompok terbesar dalam dunia
hewan, kurang lebih 2/3 spesies hewan yang telah teridentifikasi adalah
serangga.
Kedua: serangga memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi
lingkungannya. Ketiga: serangga
memiliki jenis makanan yang beragam.
Keempat
: serangga dapat
berkembang biak dengan cepat.
Kelima : serangga dapat menjadi
resisten terhadap insektisida.
Kelembaban (RH) : mempengaruhi penguapan cairan tubuh serangga, preferensi tempat hidup
dan persembunyian (terutama iklim mikro). RH Optimum 73-100%.
Cahaya : mempengaruhi aktivitas
serangga (diurnal, nokturnal, krepuskular), perilaku serangga (tertarik
gelombang cahaya, menghindar gelombang cahaya).
Serangga dapat dibedakan dalam berbagai jenis menurut kemampuan adaptasi terhadap faktor fisik. Jenis serangga fototropik positif adalah salah satu jenis serangga yang tertarik terhadap cahaya. Setiap cahaya yang terpancar memiliki satuan intensitas tertentu. Intensitas cahaya ini dapat mempengaruhi perilaku serangga (hama).
2 DASAR TEORI
2.1
Mengukur
Intensitas Cahaya
Salah satu cara untuk mengamati energi
cahaya dapat dilakukan dengan mengukur pengaruh besaran dan distribusi partikel
dalam Flow cytometers.
Flow
cytometers pada dasarnya adalah mikroskop yang
dilengkapi dengan komponen yang berfungsi untuk melalukan individu cell secara sekuensial melalui berkas
cahaya (laser) yang akan dianalisis.
Komponennya antara
lain:
1.
Sumber
cahaya, dan komponen pemfokus cahaya.
2.
Fluidics,
untuk mengarahkan cells melalui
cahaya.
3. Detektor
Elektronika, untuk mendeteksi cahaya dan mengubahnya ke bentuk sinyal digital.
4. Suatu komputer untuk penyimpanan signals yang akan dianalisis.
2.2
Sumber Cahaya
Sumber cahaya pada suatu flowcytometer adalah laser. Alasan penggunaan laser, karena kemampuannya untuk difokuskan menjadi berkas cahaya elliptis. Ini terkait dengan komponen-komponen fluidics terkait. Laser memancarkan cahaya koheren, dan merupakan berkas sangat paralel. Hal ini memungkinkan dasar pengukuran yang berbasis pada gangguan berkas (beam disturbance) dapat dilakukan (forward scatter, side scatter).
3
RANCANGAN ALAT PENANGKAP
SERANGGA HAMA
Secara
umum gambaran cara kerja piranti perangkap serangga hama ini adalah sebagai
berikut ; dengan menyalakan lampu utama (lampu
4 pada gambar ) dalam beberapa waktu untuk mengumpulkan semua serangga. Setelah
lampu utama (lampu 4) padam, lampu perangkap serangga kecil (lampu 3)
dinyalakan, sehingga serangga menuju perangkap serangga kecil yang di atasnya telah dipasang filter
sehingga hanya serangga ukuran kecil saja yang dapat masuk dan terperangkap.
Setelah lampu perangkap serangga kecil (lampu 3) padam,
kemudian lampu perangkap serangga sedang (lampu 2) dinyalakan sehingga sisa
serangga yang tidak masuk perangkap pertama menuju perangkap ke dua (perangkap serangga
sedang). Filter dipasang agar serangga besar
tidak terperangkap pada perangkap ke dua.
Setelah lampu perangkap sedang (lampu 2) padam, kemudian
lampu perangkap serangga besar (lampu 1) menyala sehingga serangga besar menuju
perangkap serangga ke tiga. Filter dipasang agar serangga tertentu dalam ukuran
sangat besar—yang biasanya menjadi prodator menguntungan—tidak ikut
terperangkap.
Demikian seterusnya proses
diulang sehingga diperoleh
serangga dalam tiga kategori ukuran: kecil, sedang, dan besar.
4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi pertama dimana diperoleh 6 siklus penangkapan serangga tiap jam
dengan pembagian waktu; 4 menit untuk nyala lampu 4 (mengumpulkan semua serangga); 2 menit untuk nyala lampu 3 (mengarahkan serangga
kecil ke bejana perangkap); 2 menit untuk nyala lampu
2 (mengarahkan serangga sedang ke bejana perangkap); 2
menit nyala lampu 1 (pengarah serangga besar ke bejana perangkap). Sehingga
jumlah waktu yang dibutuhkan dalam
satu siklus penangkapan
selama 10 menit.
Kondisi kedua dimana
diperoleh 3 siklus penangkapan serangga tiap jam dengan pembagian waktu; 8
menit untuk nyala lampu 4 (mengumpulkan semua serangga); 4 menit untuk nyala lampu 3 (mengarahkan serangga
kecil ke bejana perangkap); 4 menit untuk nyala lampu
2 (mengarahkan serangga sedang ke bejana perangkap); 4
menit nyala lampu 1 (pengarah serangga besar ke bejana perangkap). Sehingga
jumlah waktu yang dibutuhkan dalam
satu siklus penangkapan
selama 20 menit.
5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Hasil implementasi dan analisis data uji coba yang telah
dilakukan menggambarkan bahwa rancangan alat penangkap serangga
(hama) yang diimplementasikan
telah memiliki mekanisme kerja yang sesuai rancangan dan dapat ditarik simpulan
sebagai berikut :
1.
Mikrokontroler AT 89C51
yang dirancang telah bekerja sebagaimana yang diharapkan, dan mampu menjalankan
software/program untuk mengendalikan
Relay JZC-22F-12V DC, dengan mengunakan sumber tegangan sebesar 12V.
2.
Relay JZC-22F-12V DC telah berhasil mengendalikan nyala
lampu secara berturut turut dalam siklus penangkapan serangga (hama) yang
direncanakan.
3.
Skenario 6 kali siklus penangkapan serangga setiap
jam, telah berhasil dijalankan dengan mengatur nyala lampu 4 selama 4 menit; mengatur nyala lampu 3 selama 2 menit; mengatur nyala lampu 2 selama 2 menit; dan mengatur nyala lampu 1 selama 2 menit.
5.2 Saran
Implementasi perancangan alat penangkap
serangga (hama) dengan intensitas cahaya yang telah dilakukan terbukti memiliki
mekanisme kerja yang sesuai rancangan. Adapun untuk optimalisasi penerapan
dapat diberikan saran terhadap beberapa hal sebagai berikut:
1. Penentuan
lama waktu yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu dalam tiap siklus penangkapan
serangga dapat diubah-ubah melalui modifikasi software pengendali, dan hal ini perlu diujicobakan secara langsung
dilahan pertanian, sehingga dapat diperoleh data berapa lama waktu menyala
lampu, sehingga secara efektif dapat menangkap serangga secara optimal.
2. Bila dibutuhkan ketahanan catu daya (sumber
energi) yang tahan lama (sealam
5 hari), dapat digunakan
Catudaya Elemen Basah GS 12Vb 75A , namun terlebih dahulu dipilih lokasi penempatan peralatan yang tepat, karena penggunaan catu daya ini
mengakibatkan peralatan menjadi relatif lebih berat (4.5 Kg),
sehingga tidak mudah untuk dipindah- pindah.
3. Untuk
penggunaan alat secara berpindah- pindah dapat digunakan catu daya Elemen Kering GS 7 M 12V 7 Ah, yang relatif
lebih ringan (0.45 kg). Namun penggunaan catudaya ini memerlukan pengisian setiap
harinya, karena daya tahan energinya cuma 1 hari
untuk 10 jam/hari pemakaian.
https://journal.uhamka.ac.id/index.php/rektek/article/view/113
Kelas : 7E
Komentar
Posting Komentar